YOGYA – Sebagai salah satu civitas akademi di bidang kesehatan, Stikes Notokusumo Yogyakarta memiliki kepedulian terhadap penanganan penyakit demensia. Secara umum, demensia diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak.
Ketua Stikes Notokusumo Yogyakarta Taukhit, menjelaskan demensia kerap disertai gangguan pengamatan hingga menurunnya daya ingat yang sangat mengganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. “Hal itu berakibat pada gangguan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa serta dalam pengendalian emosi. Bahasa awam penyakit demensia ialah gangguan pikun, disebabkan oleh kerusakan sel otak yang berfungsi kognitif dan mental. Mayoritas penyakit ini ialah Alzheimer,” paparnya, Senin (7/8).
Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat pada penderita demensia. Penangan medis untuk demensia juga bersifat paliatif dan suportif. Sebagai bentuk kepedulian, dalam rangka menyambut HUT ke-4 Stikes Notokusumo Yogyakarta, pihaknya telah menggelar webinar perihal demensia guna peningkatan pengetahuan masyarakat baik perawat, dokter dan farmasis di tanah air maupun internasional. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber neurologist RSUP dr Sardjito Yogyakarta dr Desin Pambudi SMsc SpS (K), serta apt Dian Purwitasari MBio Tech, dan Ns Eva Nurlina A MKep SKep Kom selaku pengajar Stikes Notokusumo Yogyakarta.
Taukhit, memaparkan dalam kegiatan itu diulas penatalaksanaan demensia. Berdasarkan penelitian, penatalaksanaan lansia dengan demensia dapat dilakukan dengan cara non farmakologi dan farmakologi. Pengobatan atau terapi farmakologi diberikan untuk membantu mengatasi kecemasan, depresi, perilaku agresif, dan perilaku paranoid. Selain itu juga untuk menggantikan neurokimia di otak. “Ada 600 peserta dari dalam negeri maupun luar negeri. Acara itu sekaligus juga untuk memperkuat kerja sama internasional,” urainya.
Penguatan kerja sama internasional yang dibangun Stikes Notokusumo Yogyakarta pada saat ini ialah dengan Health Science University serta Tenjinkai Social Welfare yang ada di Jepang. Pada saat itu turut dibahas juga mengenai kondisi saat ini di Jepang serta perawatan lansia dengan demensia di negara tersebut. Taukhit berharap kegiatan itu tidak sekadar memperkuat kerja sama internasional melainkan juga mampu memberikan manfaat dalam rangka pencegahan demensia. (*)