Dorong Pengelolaan Sampah, Ipung Ajak Warga Belajar ke Luar Daerah

Masa reses Ipung Purwandari sosialisasikan pengelolaan sampah.

YOGYA – Kota Yogya sejak awal tahun 2023 ini mulai menggulirkan program pengelolaan sampah secara mandiri. Langkah tersebut mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk anggota dewan. Salah satunya oleh politikus PDI Perjuangan Kota Yogya Ipung Purwandari SH yang turut mengajak sejumlah tokoh masyarakat untuk belajar bersama ke luar daerah.

Dalam masa reses yang dimulai sejak 27 Januari hingga 1 Februari 2023, dimanfaatkan untuk memperkuat sumber daya di masyarakat. “Yogya kan sudah darurat sampah karena selama ini mengandalkan TPA Piyungan yang kondisinya sudah overload. Makanya pengelolaan sampah harus menjadi budaya di masyarakat. Peran tokoh masyarakat sangat strategis dalam menggerakkan elemen yang ada di wilayah,” kata Ipung, Rabu (1/2).

Oleh karena itu, anggota DPRD Kota Yogya ini tidak sekadar memberikan sosialisasi ke masyarakat melainkan mengajaknya untuk belajar bersama. Pada hari kedua reses, 28 Januari 2023, Ipung mengawali dengan sosialisasi, dan langsung bertolak melakukan studi tiru pada hari tersebut.

Tak tanggung-tanggung sejumlah tokoh masyarakat mulai dari Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Sosromenduran Wahyu Sunaryanto dan para anggotanya, Lurah Sosromenduran Agus Joko Mulyono, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Sosromenduran Sigit Apriyanto serta para Ketua RW dan RT setempat. Lokasi studi tiru pun di luar daerah, tepatnya Pokdarwis Cebong Sikunir Desa Sembungan Wonosobo.

Wilayah tersebut cukup dikenal sebagai daerah tujuan wisata. Sama halnya dengan Sosromenduran yang berada di kawasan Malioboro. Sebagai daerah tujuan wisata, masalah sampah tidak bisa dihindarkan. “Kita ingin saling belajar bagaimana pengelolaan sampah di sana, kemudian apa yang bisa kita terapkan di sini. Sampah yang tidak terkelola dengan baik, akan menjadi persoalan pelik,” imbuh Ipung.

Dirinya berharap, para tokoh masyarakat di Sosromenduran mampu menjadi teladan dalam hal pengelolaan sampah. Rumah tangga yang biasanya memandang remeh sampah dengan langsung membuang ke TPS, harapannya muncul budaya baru dengan memilahnya terlebih dahulu. Sampah yang disetorkan ke TPS hanya benar-benar merupakan residu. Sedangkan sampah yang bernilai ekonomi, disetorkan ke bank sampah.

“Untuk merubah budaya di masyarakat bukan perkara mudah. Harus ada teladan yang setiap saat memberikan contoh. Semoga para tokoh masyarakat mampu konsisten untuk mengambil peran sebagai teladan di wilayah,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *